Aceh  

Para Pengungsi Rohingnya Diberikan Pelatihan Manajemen Pengelolaan Sampah

Lhokseumawe | Untuk menciptakan Lingkungan yang bersih dan sehat di camp penampungan sementara Balai Latihan Kerja (BLK) Desa Meunasah Mee, para pengungsi Rohingya diberikan latihan manajemen pengelolaan sampah.

Pelatihan tersebut merupakan wujud dari kepedulian lingkungan yang didukung penuh oleh IOM dan diselenggarakan oleh Pusat Pelayanan Kesejahteraan Sosial (Puspelkessos) Panton Labu bekerjasama dengan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Aceh Utara. Kegiatan tersebut berlangsung pada 11 hingga 12 Maret 2021 di camp Rohingya Lhokseumawe.

Program Manajer Puspelkessos, Cut Sinta Dewi mengatakan pengungsi Rohingya adalah kelompok yang memiliki potensi kerentanan paling tinggi dan terdiskriminasi baik dari segi pendidikan dan keterampilan.

Menurutnya kondisi di camp penampungan BLK saat ini belum terkoordinir dengan baik terutama terkait penanganan dan pengelolaan sampah. Sebelumnya sampah masih berserakan di mana-mana dan menimbulkan bau yang menyengat.

“Selama ini petugas kebersihan yang difasilitasi oleh IOM yang bertugas membersihkan tempat penampungan mereka. Sementara belum terbangunnya tingkat kesadaran dan kepedulian para pengungsi untuk penanganan sampah secara mandiri. Hal ini berdampak pada kesehatan dan psikologis para pengungsi, terutama ibu hamil dan anak-anak,” katanya, Senin (15/3/2021).

“Nah, disini kita ingin membangun kesadaran dan pengetahuan mereka tentang sistem pengelolaan sampah terkait 3 R yaitu Reduce (mengurangi), Reuse (menggunakan kembali) dan Recycle (mendaur ulang) sampah,” ucap Cut Sinta.

Oleh karena itu, Cut Sinta menuturkan, pihaknya bersama IOM melakukan pelatihan pengelolaan sampah (waste management) tersebut dalam rangka meningkatkan pemahaman serta membangun kesadaran para pengungsi terhadap masalah kebersihan lingkungan.

“Ini adalah salah satu bentuk kerjasama antara IOM, Puspelkessos Panton Labu dan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan untuk strategi penguatan kapasitas dan pengetahuan serta kesadaran pengungsi dalam mengelola sampahnya sendiri,” ujar Cut Sinta selaku penanggungjawab kegiatan tersebut.

Cut Sinta menjelaskan, setelah pelatihan tersebut akan dilanjutkan dengan kegiatan assistensi dan coaching (pembinaan dan pendampingan) selama 10 (sepuluh) hari. Kemudian akan dibarengi dengan kegiatan lomba menjaga kebersihan diantara pengungsi Rohingya yang ada di camp Penampungan BLK Lhokseumawe guna untuk memastikan adanya perubahan perilaku dan tumbuhnya kesadaran serta kepedulian terhadap lingkungan sekitarnya.

“Walaupun pelatihan ini sudah kita laksanakan selama dua hari penuh, namun untuk memastikan tindak lanjut kegiatan tersebut harus kita barengi dengan kegiatan coaching dan asistensi agar mereka terbangun kesadarannya sedikit demi sedikit ke arah yang lebih baik dalam menjaga lingkungan yang bersih dan sehat. Juga nanti akan kami adakan kontes kebersihan lingkungan untuk mengukur sejauh mana kepedulian itu sudah terbangun di camp ini,” ungkapnya.

Sementara itu, salah satu pengungsi yang ikut dalam pelatihan, Samsul Haque mengatakan ini adalah kegiatan yang sangat berguna bagi kami (pengungsi) dan pelatihan ini baru pertama kali yang diikutinya di Camp BLK Lhokseumawe.

Samsul Haque juga sempat bekerja sebagai petugas kebersihan selama beberapa tahun lalu di Malaysia. Dia berharap kegiatan tersebut dapat merubah kepedulian pengungsi terhadap Lingkungan hunian yang bersih dan sehat, jauh dari penyakit sehingga aman dan nyaman untuk ditempati.

“Terima kasih kepada IOM, Puspelkessos Panton Labu dan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan yang telah membantu dan memperhatikan kami selama ini. Dan kami berterima kasih kepada Pemerintah Kota Lhokseumawe dan juga kepada warga Desa Meunasah Mee atas perhatian dan kepeduliannya terhadap kami dan hanya Allah yang mampu membalas kebaikan bapak-ibu semua,” ucapnya. (Diva Swanda)